Tuesday 7 September 2010

Siaran Pres/Press Release: Media dan Keamanan di Timor-Leste/Media and Security in Timor-Leste husi FM

MAHIEN NIA LIAN No. 10: Siaran Pres: Media dan keamanan di Timor-Leste

Siaran Pers, 5 Sept 2010
ENGLISH BELOW / Bahasa Ingriss di bawah
Menurut Fundasaun Mahein (FM), kebanyakan media cetak di Timor-Leste, baik media cetak maupun elektronik, menerbitkan kejadian-kejadian yang hanya bersandar pada retorika hasil pertemuan-pertemuan atau seminar ataupun workshop, yang digunakan oleh media sebagai berita tanpa melakukan pengecekan terhadap bukti-bukti faktual dari pernyataan yang dikeluarkan dalam pertemuan-pertemuan, seminar dan workshop. Seringkali media menerima bukti-bukti berupa dokumen tapi tidak melakukan konfirmasi mengenai kejadian dan pernyataan-pernyataan yang diberikan. Hal ini menyebabkan media, dalam beberapa kejadian tertentu, kelihatan lemah dalam menghadirkan bukti-bukti faktual yang kemudian diterbitkan sebagai berita. Seringkali, laporan mereka menciptakan kebingungan, dan pada akhirnya, memiliki potensi untuk menciptakan konflik di dalam masyarakat.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan FM, kami bisa mengatakan bahwa, terbitan Suara Timor-Lorosae (STL) selama ini telah menelan korban sekitar 11 orang, enam orang diantaranya adalah para siswi sekolah menengah, selain itu sekitar 4 institusi negara, dua diantaranya adalah institusi pemerintah. Terbitan pada 13 Juli 2010 telah menciptakan konflik antara Komandan PNTL Distrik Dili Pedro Belo dan STL. FM mengarisbawahi konflik antara STL, Veteran dan Komandan PNTL Distrik Dili Pedro Belo, adalah akibat dari provokasi yang diciptakan melalui peliputan para jurnalis yang tidak memiliki latar belakang tentang persoalan pertahanan dan keamanan. FM mencatat bahwa kebanyakan media cetak di Timor-Leste tidak menugaskan jurnalis yang tepat pada situasi yang tepat. Seringkali para jurnalis yang memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang hiburan ditugaskan untuk meliput tentang persoalan pertahanan dan keamanan. Ketidakjelasan peranan dari para jurnalis juga menciptakan metode yang berbeda dalam melakukan peliputan dan analisa perihal stabilitas pertahanan dan keamanan dalam negeri.
Karena itu, FM menemukan bahwa STL dalam publikasinya, seringkali memprovokasi konflik politik. Konflik telah menelan banyak korban, bukan hanya para veteran, kalangan politisi, dan PNTL tetapi juga rakyat biasa. Pemberitaan STL tidak lama berselang juga menelan korban di kalangan siswi yang foto-fotonya dipublikasi, sebagai akibatnya para siswa ini dikeluarkan oleh pihak sekolah. FM menghimbau kepada seluruh media agar bisa berkontribusi secara positif untuk perdamaian dan stabilitas di Timor-Leste, dan mempraktekan jurnalisme perdamaian yang tidak berorientasi pada provokasi. FM menghimbau kepada media cetak untuk meningkatkan kapasitas para jurnalisnya, khususnya saat mereka melakukan peliputan tentang isu-isu pertahanan dan keamanan, agar mereka bisa menghasilkan kualitas berita yang memadai. Karena itu media perlu mengubah paradigma dalam praktek jurnalisme, untuk berkontribusi terhadap demokrasi, rekonsiliasi dan perdamaian.
Beberapa laporan dari STL telah menciptakan konflik antara Veteran, Komandan PNTL Distrik Dili, Pedro Belo. Untuk menghindari terjadinya konflik yang sama di masa depan, FM merekomendasikan kepada Komisi B Parlemen Nasional, agar kiranya dapat melakukan intervensi di masa yang akan datang, jika pemberitaan yang sama terjadi lagi, agar bisa menghindari pemberitaan-pemberitaan yang membingungkan masyarakat. FM juga merekomendasikan kepada pemerintah agar membentuk team investigasi independen untuk menemukan motif-motif tersembunyi dalam setiap pemberitaan STL yang bertujuan untuk menciptakan konflik di dalam masyarakat.
Propaganda memiliki potensi dalam menguncang kehidupan normal dengan mengutamakan propaganda dan informasi yang keliru. Lembaga-lembaga media mempunyai tanggungjawab terhadap publik agar memberikan informasi yang jelas dan faktual. Ini adalah tanggungjawab yang harus diemban secara serius. Pemberitaan STL belakangan ini menyebabkan elemen di dalam masyarakat menjadi curiga akan tujuan mereka, karena relasi mereka dengan Uni Timor Assuwain (UNTAS). Ini merupakan hal yang harus diinvestigasi oleh pemerintah dan media masa lainnya.
Fundasaun Mahein juga merekomendasikan agar dibentuk sebuah dewan pers yang bisa bekerjasama dalam menyelesaikan setiap persoalan yang muncul akibat kualitas laporan media yang memprihatinkan. FM juga merekomendasika agar media menulis berdasarkan fakta-fakta, dan tidak memberikan opini mengenai pernyataan-pernyataan dan dokumen, tanpa menyebut itu sebagai persoalan editorial.
Untuk informasi lebih lanjut silajkan kontak
Nelson Belo,
Direktur Fundasaun Mahein
www.fundasaunmahein.wordpress.com,
email: direktor.mahein[at}gmail.com
tlp +670 737 4222
Press Release, 5 Sept 2010
According to Fundasaun Mahein (FM), most media outlets in Timor-Leste, print media and electronic media alike, publish coverage of events that are only based on rhetoric from meetings or seminars or workshops, which the media shares as news without any checking of the factual evidence of the statements made in these meetings and seminars and workshops. Not very often, does the media receive documentary evidence to confirm the true nature of the statements being provided. This makes the media, in certain cases, seem weak in their presentation of evidence of factual news being published. Often times, their reporting is obscure, and in the end, has the potential to create conflict in the community.
Based on FM investigations, we can say that, Suara Timor-Lorosae (STL) publications during have victimzed at least 11 people, six of them being female senior high school students, as well as at least 4 Institutions, two of them being government institutions. The publication on 13 Juli 2010 created a problem in the community between the FALINTIL veterans and the PNTL Commander of the Dili District, Pedro Belo, and STL. FM underlines that the conflict between STL, the Veterans, and Commander Belo, was a provocation caused by the coverage of journalists who have no security and defense background. FM notes that many media outlets in Timor Leste do not task the correct journalists to the right situations. Sometimes those journalists with an education and entertainment background are tasked to cover news about security and defense issues. An obscure role for journalists also causes different methods of coverage and analysis on defense stability and internal security.
Therefore, FM acknowledges that STL in its reporting, quite often provokes political conflict. The conflicts victimize many people, not just the Veterans, politicians, and PNTL. The recent coverage from STL also victimized students who were photographed and then kicked out of school. FM calls upon all media to make a positive contribution to peace and stability in Timor-Leste, and to practice peaceful journalism which is not oriented towards provocations. FM invites the media outlets to increase the capacity building for their journalists, especially when covering security and defense issues, so they produce better quality news reports. Therefore the media needs to undergo a paradigm shift in their practice of journalism, to contribute to democracy and peaceful reconciliation.
Several of STL’s reports have created conflicts between the Veterans, PNTL Dili District Commander Pedro Belo. In order to counter this conflict in the future, FM recommends to National Parliament Committee B, intervene in the future, if any similar reporting takes place, to get rid of pro-con opinions being disseminated in the community. FM also recommends the government forms independent investigation teams to find the hidden motives in all STL reports that cause conflict.
Propaganda has the potential to disrupt normal life by promoting false ideas and misinformation. Media institutions have a responsibility to the public to provide clear and factual information. It is a responsibility that must be taken seriously. STL’s recent reporting caused many in the community to be suspicious of their intentions, because of their relationship with United Heroes of Timor/Uni Timor Asuwai UNTAS. This is something the government, and other media outlets should investigate as well.
Fundasaun Mahein also recommends that a council of press be formed which can work together to solve any problems that arise from poor quality media reporting. FM also recommends that the media provide the facts they are basing their articles on, and not provide opinions about statements and documents, without labeling them as being Editorials.
For further information please contact
Nélson Belo,
Director Fundasaun Mahein,
www.fundasaunmahein.wordpress.com,
email.direktor.mahein[at]gmail.com ,

No comments: